Americké akcie završují další rok s působivými zisky, avšak ne všechny sektory mohou slavit.
Odvětví základních materiálů, zahrnující společnosti produkující kovy, chemikálie a stavební materiály, je letos v rámci indexu S&P 500 nejméně výkonným.
Podle údajů společnosti FactSet poklesly akcie v tomto odvětví od začátku roku o 0,6 %, zatímco širší index S&P 500 posílil o výrazných 24 %. Tento propad vytvořil největší rozdíl ve výkonnosti od roku 1998. Pro srovnání, sektor informačních technologií vzrostl ve stejném období o 37,5 % a komunikační služby si polepšily dokonce o 40 %.
Proč základní materiály zaostávají?
Akcie společností v oblasti základních materiálů jsou často považovány za cyklické. Jejich výkonnost je úzce spojena s vývojem globální ekonomiky – pokud růst zpomalí, poptávka po základních materiálech klesá. Tato situace zasahuje nejen ceny surovin, ale i ziskovost společností v tomto odvětví.
Rok 2024 přinesl kombinaci negativních faktorů: pokračující obavy z recese v USA, hospodářské problémy Číny a vysoké úrokové sazby ve světě. Federální rezervní systém sice ke konci roku začal svou měnovou politiku uvolňovat, avšak dopady těchto změn se zatím na sektoru materiálů neprojevily.
Ekonomické zpomalení Číny, největší průmyslové ekonomiky světa, bylo dalším klíčovým faktorem. Ačkoli čínská vláda slíbila stimulaci ekonomiky, její kroky zatím nepřinesly zásadní oživení v oblasti spotřeby materiálů.
Pohled technické analýzy
Podle technického ukazatele relativní síly (RSI) je odvětví základních materiálů v indexu S&P 500 silně „přeprodané“. Fond Materials Select Sector SPDR Fund měl ke konci roku RSI na úrovni 17, což je nejnižší hodnota od roku 2018. Obvykle platí, že hodnota RSI pod 30 naznačuje, že aktiva mohou být podhodnocená a mají prostor pro růst.
Jonathan Krinsky, hlavní tržní technik společnosti BTIG, uvedl, že historická data ukazují, že po dosažení těchto úrovní dochází často k obratu směrem vzhůru. Například po dosažení podobných hodnot RSI vykázal fond v průměru 5,54% nárůst během 15 dnů.
Oživení na obzoru?
Historická data také naznačují, že odvětví základních materiálů má tendenci se zotavovat po letech poklesu. Od roku 1990 toto odvětví nikdy nezaznamenalo dva roky poklesu za sebou. Po roce s negativní výkonností dosahoval průměrný roční výnos 20,43 %, přičemž pouze jednou byl růst nižší než 10 %.
Ashley Fernandes, portfolio manažer společnosti Fidelity Investments, uvedl, že úrokové sazby by mohly v roce 2025 klesat, což by pomohlo oživit globální ekonomiku. Spolu s očekávanou podporou ze strany čínské vlády to může vytvořit podmínky pro nový růstový cyklus v odvětví základních materiálů.
Navzdory těmto pozitivním signálům existují rizika. Nově zvolený americký prezident Donald Trump hrozí zavedením nových cel na čínský dovoz, což by mohlo sektor materiálů dále zatížit. Talley Leger, hlavní tržní stratég společnosti Wealth Consulting Group, však věří, že cla by mohla být spíše „nástrojem vyjednávání“ než skutečnou hrozbou pro trh.
Leger také zdůraznil, že základní materiály jsou klíčovým prvkem pro jakoukoli „průmyslovou renesanci“, kterou Trumpova administrativa plánuje podpořit. Pokud dojde k oživení výroby v USA, může to vytvořit nové příležitosti pro tento sektor.
Selektivní přístup k investicím
Investoři by měli být při investování v tomto odvětví selektivní. Některé segmenty, například kontejnerový a obalový průmysl, si vedou lépe než širší odvětví. Index S&P 500 zaměřený na obaly vzrostl v roce 2024 o téměř 18 %, zatímco celkový sektor materiálů zaznamenal pokles.
Menší společnosti mohou být další zajímavou možností. Index S&P SmallCap 600 Materials vzrostl o 0,3 %, což je sice skromný růst, ale stále lepší výsledek než u velkých společností v tomto sektoru.
Přestože odvětví základních materiálů zažilo v roce 2024 náročný rok, historická data naznačují, že by mohlo dojít k obratu. S poklesem úrokových sazeb a možným oživením čínské ekonomiky existuje prostor pro růst.
Investoři by však měli být opatrní a zaměřit se na konkrétní segmenty či společnosti, které nabízejí největší potenciál. Jakékoli investice by měly být pečlivě zváženy s ohledem na možné dopady geopolitických rizik a vývoj globální ekonomiky.
Wall Street menutup sesi trading dengan hasil campuran pada hari Selasa, di mana kenaikan stabil pada saham-saham seperti Apple dan Coca-Cola sebagian besar dapat mengimbangi penurunan yang dialami oleh Tesla. Para investor dengan hati-hati mengevaluasi pernyataan terbaru dari Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, yang menegaskan bahwa regulator tidak merasa terdesak untuk menurunkan suku bunga.
Dalam pernyataannya di depan Komite Perbankan Senat, Powell menyampaikan bahwa ekonomi AS tetap "secara umum kuat. " Namun, inflasi masih berada di atas target 2% yang ditetapkan oleh Fed, sementara tingkat pengangguran tetap sangat rendah jika dibandingkan dengan data historis. Hal ini menunjukkan bahwa Fed belum siap untuk melonggarkan kebijakan moneternya.
Selain pernyataan dari Kepala Fed, investor juga memperhatikan komentar dari Gedung Putih. Presiden AS, Donald Trump, mengisyaratkan adanya langkah-langkah perdagangan baru sebagai respons terhadap tarif protektif yang diterapkan oleh negara lain terhadap produk-produk Amerika. Sebelumnya, dia telah mengumumkan peningkatan tajam tarif impor untuk baja dan aluminium, dan dalam beberapa hari ke depan, dia merencanakan langkah-langkah baru terkait tarif timbal balik.
Di tengah laporan positif, saham Coca-Cola (KO. N) melonjak sebesar 4,7%. Perusahaan minuman ini melaporkan hasil yang sangat menggembirakan untuk kuartal keempat, berkat harga yang lebih tinggi serta permintaan yang stabil untuk minuman berkarbonasi dan jus.
Sebaliknya, saham Tesla (TSLA. O) mengalami penurunan sebesar 6,3% setelah laporan dari Reuters menyatakan bahwa konsorsium yang dipimpin oleh Elon Musk telah menawarkan $97 miliar untuk mengakuisisi organisasi nirlaba yang mengendalikan startup OpenAI. Berita ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor terkait risiko serta potensi dampak finansial dari kesepakatan tersebut.
Meskipun pasar menunggu, para trader tetap sedikit optimis: menurut analisis dari LSEG, banyak yang memperkirakan bahwa Fed akan melonggarkan kebijakan moneternya pada tahun 2024. Kemungkinan pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin sudah diperhitungkan dalam estimasi pasar. Selain itu, hampir setengah dari para analis (44%) percaya bahwa regulator mungkin akan melaksanakan pemotongan kedua sebelum akhir tahun.
Kondisi pasar juga akan dipengaruhi oleh statistik inflasi baru: pada hari Rabu pukul 8:30 pagi ET (13:30 GMT), indeks harga konsumen untuk bulan Januari akan dirilis. Data ini berpotensi mengubah ekspektasi terhadap kebijakan Fed ke depan.
Saham Apple (AAPL. O) tercatat naik 2,2% setelah berita mengenai kemitraan dengan raksasa teknologi asal Tiongkok, Alibaba (9988. HK). Menurut laporan dari The Information, kedua perusahaan sedang mengembangkan dan meluncurkan fitur kecerdasan buatan baru untuk pengguna iPhone di Tiongkok. Berita ini menciptakan reaksi positif di pasar, mengingat Apple berusaha memperkuat posisinya di salah satu pasar kunci.
Indeks saham ditutup dengan hasil yang bervariasi:
Di antara 11 sektor di S&P 500, delapan sektor mengalami kenaikan. Consumer Staples (SPLRCS) memimpin dengan peningkatan sebesar 0,91%, sementara sektor Energi (SPNY) mencatatkan tambahan 0,76%. Di sisi lain, sektor Discretionary Consumer Staples (SPLRCD) menjadi yang terburuk pada hari itu, merosot sebesar 1,2%.
Saham Phillips 66 (PSX. N), raksasa penyulingan, naik sebesar 4,7% setelah dana aktivis Elliott Investment Management mengakuisisi lebih dari $2,5 miliar saham perusahaan tersebut. Langkah ini memicu optimisme di kalangan investor, yang berharap akan terjadi perubahan strategis dalam manajemen serta peningkatan kinerja bisnis.
Pemimpin pasar hari itu adalah DuPont de Nemours (DD. N), yang sahamnya melonjak sebesar 7%. Pertumbuhan ini didorong oleh revisi positif dalam estimasi laba untuk tahun 2025. Perusahaan yang fokus dalam produksi bahan industri ini mengantisipasi peningkatan permintaan yang stabil untuk produk-produk di sektor elektronik, yang menjadi pendorong utama perbaikan proyeksi tersebut.
Di sisi lain, Ecolab, perusahaan teknologi air, juga mencatatkan kenaikan yang signifikan. Sahamnya naik 6,2% setelah merilis perkiraan laba yang disesuaikan untuk tahun 2025, yang melebihi ekspektasi para analis. Investor memberikan penilaian positif terhadap prospek perusahaan ini di tengah meningkatnya permintaan akan solusi inovatif dalam bidang pengelolaan air dan ekologi.
Namun, tidak semua perusahaan merasakan keberuntungan yang sama. Fidelity National Information Services (FIS. N) mengalami penurunan drastis, dengan sahamnya anjlok lebih dari 11% setelah mengumumkan perkiraan pendapatan kuartal pertama yang mengecewakan. Ekspektasi pendapatannya tidak memenuhi konsensus analis, sehingga memicu aksi jual di pasar.
Secara keseluruhan, indeks S&P 500 menunjukkan lebih banyak saham yang mengalami kenaikan, dengan rasio 1,1 saham naik untuk setiap satu yang turun. Akan tetapi, sentimen pasar saham AS masih cenderung pesimistis, karena jumlah saham yang turun melebihi yang naik dengan rasio 1,3 banding 1.
Ketegangan perdagangan tetap menjadi isu utama di kancah internasional. Meksiko, Kanada, dan Uni Eropa secara tegas mengutuk tarif baru yang diterapkan oleh pemerintah AS. Uni Eropa, dalam hal ini, menyatakan kesiapannya untuk mengambil "tindakan balasan yang keras dan proporsional", yang berpotensi mengarah pada eskalasi konflik perdagangan yang lebih lanjut.
Sementara itu, meskipun hasil yang bervariasi dari sesi di AS, indeks saham MSCI Asia-Pasifik (tidak termasuk Jepang) mengalami kenaikan sebesar 0,32%. Kenaikan ini didorong oleh pertumbuhan harga saham Apple dan Coca-Cola, yang berhasil menutupi kerugian akibat penurunan saham Tesla.
Pasar saham terus beroperasi dalam kondisi volatil yang tinggi, dengan investor bereaksi terhadap berita korporat serta faktor-faktor ekonomi dan perdagangan global. Dalam beberapa hari mendatang, data inflasi baru, pernyataan lanjutan dari Federal Reserve, dan kemungkinan tindakan balasan dari mitra dagang AS akan menjadi pendorong utama bagi pergerakan pasar.
Futures untuk indeks EUROSTOXX 50 meningkat sebesar 0,2%, mencerminkan sentimen positif di kalangan investor seiring dengan laporan keuangan yang memuaskan. Di sisi lain, FTSE Inggris menunjukkan penurunan kecil dengan kehilangan 0,05%.
Di AS, sentimen lebih tenang:
Pasar Asia menunjukkan kinerja yang beragam.
Indeks blue-chip CSI300 di Tiongkok mengalami penurunan sebesar 0,29%, sementara Shanghai Composite juga turun 0,16%. Penurunan ini dipengaruhi oleh melemahnya permintaan terhadap saham-saham besar di Tiongkok.
Di Hong Kong, Indeks Hang Seng bertambah 0,7%, berkat lonjakan yang signifikan pada saham Alibaba yang naik lebih dari 5% setelah berita kemitraan kecerdasan buatan dengan Apple.
Sementara itu, di Jepang, Nikkei menguat sebesar 0,25% menjelang pengumuman hasil kuartalan dari SoftBank Group yang dijadwalkan dirilis hari ini.
Dolar AS sedikit melemah terhadap mata uang utama lainnya di tengah berita-berita terkait perdagangan.
Pasar global tetap berada dalam keadaan ketidakpastian yang tinggi. Eropa dan Amerika Serikat terus beroptimisme dengan hati-hati, sementara Asia menunjukkan hasil yang bervariasi. Ekspektasi terhadap suku bunga dari Fed terus beradaptasi, dan dolar tampak berhenti sejenak dalam pertumbuhannya. Fokus utama investor tetap tertuju pada kebijakan mendatang dari regulator dan perkembangan dalam hubungan perdagangan internasional.
Di tengah ketegangan tarif yang masih berlangsung dan ketidakpastian di tingkat global, dolar Australia mengalami sedikit penguatan, naik 0,06% menjadi $0,6299.
Para analis menyebutkan bahwa fluktuasi mata uang dalam beberapa minggu terakhir banyak dipengaruhi oleh berita-berita terkait tarif.
Helen Given, seorang trader mata uang di Monex USA, mengatakan, "Kami telah melihat banyak volatilitas akibat berita tarif. "
Namun, ia mencatat bahwa tidak semua tarif yang diusulkan akan segera diterapkan. "Pengumuman tersebut tidak selalu berarti tarif akan segera diberlakukan, dan mungkin tidak akan sesegera yang diprediksi banyak orang. "
Yen Jepang terus menunjukkan pelemahan, turun lebih dari 0,5% menjadi 153,35 per dolar.
Salah satu penyebab utama melemahnya yen adalah komentar dari kepala Bank of Japan, Kazuo Ueda, yang menegaskan bahwa bank sentral akan mempertahankan kebijakan moneter yang longgar hingga ada kepastian bahwa inflasi stabil pada target 2%.
Pernyataan ini mengecewakan investor yang mengharapkan adanya pergeseran cepat menuju kebijakan moneter yang lebih ketat. Di saat yang sama, Bank of Japan terus berpegang pada langkah-langkah stimulus, yang berdampak negatif pada nilai yen.
Setelah mengalami lonjakan harga baru-baru ini akibat kekhawatiran geopolitik, harga minyak mulai mengalami penurunan.
Para ahli mengaitkan penurunan ini dengan meredanya kekhawatiran akan gangguan pasokan minyak dari Rusia dan Iran, serta adanya koreksi teknis setelah kenaikan harga sebelumnya.
Di tengah ketidakpastian yang tinggi dalam pasar keuangan, investor terus mencari aset aman, yang mendukung permintaan untuk emas.
Harga emas spot tetap mendekati rekor tertinggi sepanjang masa di $2.894 per ons.
Pertumbuhan ini tidak hanya dipengaruhi oleh risiko ekonomi global, tetapi juga oleh harapan terkait kebijakan Federal Reserve. Jika regulator AS benar-benar menunda pemotongan suku bunga, hal ini dapat semakin memperkuat posisi logam mulia.
TAUTAN CEPAT