Pada akhir minggu ini, mata uang Eropa berhasil memulihkan penurunan sebelumnya. Memanfaatkan pelemahan jangka pendek greenback, mata uang tunggal ini memulihkan sebagian poin yang hilang. Dengan latar belakang ini, ada pembicaraan baru di kalangan investor tentang kemungkinan keseimbangan EUR dan USD

Menurut Samuel Zief, Kepala Strategi FX Global di JP Morgan Private Bank, pergerakan mata uang utama tersebut menuju keseimbangan masih jauh. Untuk mencapai keseimbangan antara EUR dan USD, diperlukan "penurunan ekspektasi pertumbuhan ekonomi Eropa dibandingkan dengan ekonomi Amerika." Saat ini, euro terlihat "sangat murah", tetapi situasinya dapat berubah drastis. Zief memungkinkan dinamika mata uang Eropa berbalik 180 derajat.

Menurut ahli strategi mata uang JP Morgan, dinamika dolar berperan penting dalam kemungkinan keseimbangan EUR dan USD. Dalam cakrawala perencanaan jangka menengah, yaitu dalam dua tahun ke depan, nilai USD memperhitungkan kenaikan tajam suku bunga Federal Reserve dan pengetatan kebijakan moneter yang konsisten. Stephen Gallo, kepala strategi mata uang di BMO Capital Markets, setuju. Dia menyatakan bahwa dinamika pasangan EUR/USD dipengaruhi tidak hanya oleh prospek perbedaan signifikan dalam strategi moneter Fed dan Bank Sentral Eropa, tetapi juga oleh pergerakan modal. Pakar ini menarik perhatian pada "evolusi arus utama dari neraca pembayaran euro". Situasi ini diperumit oleh risiko "guncangan negatif di bidang pasokan energi, yang menarik euro ke dasar."

Menurut analis, konsekuensi dari keseimbangan antara euro dan dolar adalah "kelembaman politik" ECB, yang dinyatakan dalam penolakan perubahan suku bunga. Menurut perhitungan awal, pergerakan inersia bank sentral akan mencakup periode musim panas. Ada kemungkinan opsi di musim gugur, tetapi banyak analis tidak mengharapkan ECB membuat perubahan drastis terkait kenaikan suku bunga. Situasi ini memperkenalkan ketidakseimbangan tertentu dalam ekspektasi pasar. Saat ini, euro tumbuh, dengan fokus pada pengetatan kebijakan moneter ECB yang akan datang, tetapi setiap saat bank sentral dapat meninggalkan jalur yang dipilih. Menurut para pakar, kelembaman politik ECB akan berlanjut, "jika bank sentral dihadapkan pada kombinasi terburuk - peningkatan risiko resesi di Jerman dan kenaikan tajam harga, yang selanjutnya akan mendorong ekonomi zona euro ke stagnasi."

Dalam situasi seperti itu, The Fed akan mengambil kendali, terutama jika pasangan EUR/USD bergerak ke kisaran 0.9800-1.0200. Implementasi skenario seperti itu akan mengarah pada penguatan dolar terhadap euro. Dengan latar belakang ini, The Fed dapat menangguhkan atau memperlambat siklus pengetatan kebijakan moneter. Menurut George Saravelos, kepala penelitian global di Deutsche Bank, saat ini ekonomi "berada pada tahap di mana penurunan nyata dalam kondisi keuangan melemahkan ekspektasi pengetatan oleh The Fed." Pada saat yang sama, analis Deutsche Bank masih menganggap mata uang Amerika sebagai mata uang paling mahal di dunia.

Namun, terlepas dari ekspektasi positif mengenai prospek greenback jangka menengah dan panjang, greenback telah kehilangan posisinya secara tajam. Di penghujung minggu ini, dinamika USD menjadi yang terburuk sejak Februari tahun ini. Setelah menunjukkan pertumbuhan selama 14 minggu terakhir, dolar merasakan semacam "kelelahan" dan merosot signifikan terhadap mata uang lainnya. Menurut analis Deutsche Bank, karena nilai tukar dolar masih terlalu tinggi, pasangan EUR/USD akan kembali ke angka 1.1000 dalam beberapa bulan mendatang, dan tidak menuju keseimbangan, seperti yang diperkirakan sebelumnya.

Saat ini, pasangan ini jauh dari "keseimbangan", tetapi setiap saat situasinya dapat berubah. Pasangan EUR/USD melaju di dekat 1.0592 pagi ini, dengan percaya diri bergerak ke puncak baru. Menurut para pakar, ketika level psikologis penting 1.0350 dilampaui, pertanyaan pengujian keseimbangan akan kembali muncul.

Beberapa analis percaya bahwa dalam jangka menengah, euro akan tenggelam lebih rendah daripada sekarang. Pada saat yang sama, pergeseran hawkish baru-baru ini dalam kebijakan ECB tidak akan mampu mengimbangi peningkatan ekspektasi inflasi di zona euro yang tercatat awal tahun ini. Menurut ekonom Westpac, pernyataan hawkish saat ini oleh perwakilan ECB dan posisi yang tidak terlalu keras pada sanksi energi terhadap Federasi Rusia menetralisir tekanan ke bawah pada EUR. Saat ini, pasar memperkirakan empat kenaikan suku bunga ECB pada akhir 2022. Pada saat yang sama, bank sentral mengizinkan kenaikannya sebesar 50 bps, yang membuka jalan bagi penolakan lebih lanjut terhadap kebijakan suku bunga negatif (NIRP).

Mempertimbangkan penguatan ekspektasi inflasi, yang berkontribusi pada arus keluar modal besar-besaran ke mata uang safe haven, dolar mempertahankan potensi pertumbuhannya. Dengan latar belakang ini, para analis memperkirakan euro akan terus melemah terhadap greenback, serta Fed akan menyelesaikan siklus pengetatan suku bunga.